G-help

G-Help (Gender Health Environmental Linkages Program) yang dimulai sejak Juni 2006 merupakan suatu wahana kolaborasi tukar pikir dan pengalaman organisasi-organisasi yang peduli dengan masalah gender, kesehatan dan lingkungan. Program yang dikoordinasi oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) dan mendapatkan bantuan dana dari Ford Foundation ini melibatkan mitra 7 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang seksualitas dan kesehatan reproduksi dan 7 LSM lain yang bergerak di bidang lingkungan dan pembangunan masyarakat. Pada perkembangan lanjut program ini yang melibatkan juga organisasi lain
dengan kepedulian yang sama merupakan bagian dari upaya meningkatkan akses dan meluaskan cakupan pelayanan kesehatan reproduksi; menjamin hak-hak sumberdaya, keadilan dan penghidupan bagi komunitas terpinggirkan dan yang bergantung pada sumberdaya alam. Lebih spesifik, program bertujuan menjembatani hubungan dinamis antara masalah gender, kesehatan dan lingkungan dalam rangka mempercepat pencapaian pengurangan kemiskinan di Indonesia. Program diharapkan berkontribusi terhadap program pembangunan
berkelanjutan dengan proses terukur dalam mencapai masyarakat yang sehat dan produktif di lingkungan sehat.

Masalah gender, keterpurukan kesehatan dan kerusakan lingkungan saling mempengaruhi, tetapi penanganan
terhadap masalah-masalah ini sering masih berjalan sendiri sendiri. Penanganan masalah kesehatan sering kurang memperhatikan faktor lingkungan dan penanganan masalah lingkungan sering mengabaikan aspek kesehatan. Demikian pula masalah gender baik sebagai penyebab maupun sebagai konsekuensi masalah kesehatan dan masalah lingkungan belum terakomodasi optimal dalam program pembangunan kesehatan dan lingkungan.

Dengan latar-belakang di atas, G-help (Gender, Health and Environmental Linkages Program) yang dibentuk tahun 2006 telah memberikan fasilitasi kepada berbagai organisasi kemasyarakatan peduli kesehatan atau lingkungan untuk memasukkan wacana saling keterkaitan antara gender, kesehatan dan lingkungan dalam mengembangkan dan melaksanakan program-program mereka. Sebagai refleksi pengaruh dan dampak fasilitasi tersebut, berikut disampaikan sekumpulan tulisan yang disiapkan oleh teman-teman dari organisasi kemasyarakatan dalam wahana G-help. Tulisan-tulisan ini mengangkat masalah ketidakadilan gender, keterpurukan kesehatan, dan/ atau kerusakan lingkungan, pengalaman dalam mengatasi masalah tersebut, dan kemudian bagaimana wacana saling keterkaitan gender, kesehatan dan lingkungan dimasukkan dalam pendekatan program-program mereka.

Ani Purwati dari Konphalindo berargumen betapa penting pemenuhan hak perempuan atas informasi lingkungan berkelanjutan. Dibanding laki-laki, perempuan karena peran sosial mereka lebih peka terhadap masalah lingkungan dan lebih rentan terhadap dampak kesehatan dan sosial kerusakan lingkungan. Pemenuhan hak tersebut akan membuat perempuan lebih memahami peran mereka dan lebih berdaya mengoptimasi peran mereka dalam penyelamatan lingkungan.

Keterlibatan di wahana G-help membuat Farida Hanum dari Yayasan Hotline Surabaya semakin yakin mengenai pentingnya meningkatkan kemampuan menggunakan data dalam mengembangkan dan mengelola suatu program pembangunan, termasuk kesehatan. Dengan data, monitoring kemajuan dan evaluasi pencapaian program mereka dalam memberdayakan masyarakat di Desa Licin, Kabupaten Banyuwangi, menjadi lebih mudah dan lebih terukur.

Lenni Herawati dari Rifka Annisa Yogyakarta melaporkan pengalaman mereka bahwa efektivitas program peningkatan kesadaran gender akan meningkat apabila isu gender dan kekerasan terhadap perempuan dikaitkan langsung dengan isu yang lebih luas yang lebih mudah diterima masyarakat. Mengangkat isu kesehatan atau isu
lingkungan lebih mudah diterima masyarakat ketimbang isu perempuan.

Dalam upaya pemberdayaan perempuan miskin di desa kawasan hutan, Moh. Taqiuddin dari KONSEPSI Nusa Tenggara Barat menyampaikan bahwa merubah tatanan sosial budaya untuk keadilan gender tidak mudah. Perlu waktu, tenaga dan pikiran yang tak sedikit, dari meluruskan pola pikir laki-laki untuk tidak menganggap remeh
perempuan, hingga membangkitkan percaya diri perempuan itu sendiri.

Sebagai respon terhadap kenyataan masalah ketidakadilan gender di desa-desa pinggir hutan di DI Yogyakarta, Fachrudin Rijadi dari Javlec melaporkan bahwa kebijakan Javlec saat ini mensyaratkan kesetaraan gender dalam program kerja sama dengan mitra. Tindakan ini dianggap sebagai bentuk penerapan wacana saling keterkaitan
gender, kesehatan dan lingkungan.

Ulfa HM dari Yayasan Mitra Aksi di Jambi menceritakan pengalaman mereka tentang upaya pemberdayaan perempuan dalam perbaikan kesehatan reproduksi. Mereka semakin yakin bahwa penanganan masalah kesehatan reproduksi perlu memperhatikan pula masalah terkait lain, termasuk lingkungan dan sosial-budaya masayarakat.

Haleluya Giri Rahmasih dari Yayasan Duta Awam di Solo yang bergerak dalam pemberdayaan petani menyampaikan realitas peminggiran perempuan petani dalam pembangunan sektor pertanian di pedesaan. Walaupun bukan lembaga yang khusus menangani perempuan, kini YDA Solo berupaya melibatkan perempuan pada setiap aktivitas program.

Menurut Nur Achmad dari Rahima di Jakarta, salah satu faktor pelestari ketidakadilan, kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan adalah pemahaman agama yang bias. Agama masih sering dipahami dengan mengabaikan prinsip dasar kehadiran agama, seperti prinsip kesederajatan manusia, keadilan, musyawarah, kemaslahatan, dan
pembelaan terhadap mereka yang dilemahkan. Menyikapi ini, Rahima telah berijtihad untuk menguatkan hak-hak perempuan dan berupaya membangun kehidupan yang adil dan ramah bagi laki-laki dan perempuan melalui berbagai langkah dan media, salah satunya dengan penguatan ulama perempuan.

Bambang Teguh Karyanto dari Lembaga Studi Desa untuk Petani SD INPERS menulis pengalaman mereka dalam pemberdayaan perempuan melalui pengembangan biogas sebagai sumber energi alternatif. Biogas mempunyai manfaat tidak saja bagi peningkatan pendapatan keluarga, tetapi juga peningkatan peran sosial-ekonomi dan hak perempuan dan pelestarian lingkungan.

Sebagai pimpinan YMTR di Batam, drg. Sri Rupiati melaporkan kegiatan program mereka dalam memberdayakan kesehatan reproduksi dan ekonomi masyarakat tempatan di Kepulauan Riau. Pelatihan analisis masalah dan pengembangan program yang mereka terima dari G-help telah menambah pemahaman dan keterampilan kader dan staf dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan program.

Semoga tulisan-tulisan ini bermanfaat bagi upaya kita membangun yang lebih baik menuju masyarakat sehat yang produktif, berkeadilan gender dan sosial serta berwawasan pelestarian lingkungan. Atas nama tim dan mitra G-help, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Bambang Wispriyono sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr. Sabarinah Prasetyo sebagai Kepala Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Dr. Meiwita Budiharsana sebagai penanggung jawab terdahulu program kesehatan reproduksi Ford Foundation, dan Dr. Ujjwal Pradhan sebagai penanggung jawab terdahulu program pembangunan masyarakat dan lingkungan Ford Foundation yang telah membantu dan mendukung kegiatan G-help.

Jakarta, Oktober 2009
Prof. Budi Utomo
Direktur Program

Edisi Lengkap (PDF File)
Bunga Rampai, Upaya Penyadaran Gender, Kesehatan dan Lingkungan

 

Sumber : http://www.fkm.ui.ac.id/bunga-rampai-upaya-penyadaran-gender-kesehatan-dan-lingkungan/