We Speak for Climate Change
Disusun oleh : Renisa Fidinia Adisti – Pemenang 2 Lomba Menulis Artikel Peringatan Hari Ozon yang diselenggarakan oleh “Environmental Race” Departemen Lingkungan Hidup BEM UI 2017
Nampaknya kata dari Perubahan Iklim tentu sudah bukan hal yang asing di dengar oleh telinga kita. Sejak dulu hingga sekarang, permasalahan ini masih saja ada. Sudahkah kalian tau menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius? Lalu pertanyaannya kapan perubahan iklim yang semakin memanas ini dapat berhenti?
|
Saya akan sedikit menjelaskan pengertian mengenai perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan suatu keadaan di mana iklim berubah secara drastis dalam jangka waktu yang lama dan dalam luasan yang besar. Beberapa tanda iklim mengalami perubahan antara lain yaitu naiknya suhu bumi, naiknya permukaan air laut dan adanya cuaca ekstrem serta beberapa bencana iklim yang lain. Perubahan iklim ini dapat diakibatkan oleh kondisi alami maupun karena aktivitas manusia. (Sulistyawati, 2015)
Perlu digaris bawahi adanya perubahan iklim ini dapat terjadi akibat dari aktivitas manusia. Aktivitas yang seperti apa? Aktivitas-aktivitas itu diantaranya penebangan hutan dan pembakaran hutan yang disengaja untuk keperluan pergantian lahan, penggunaan teknologi yang berkepanjangan tanpa adanya solusi. Sadarkah kalian, kita tau Indonesia berusaha menjadi negara yang maju, yang ingin memiliki teknologi yang modern seperti halnya negara-negara lain, namun apakah dengan penggunaan teknologi yang modern itu justru akan semakin membuat Indonesia tercemar? Membuat Indonesia semakin terpuruk karena bencana-bencana lain yang bermunculan? Penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat mulai menyebabkan lebih banyak gas rumah kaca yang terlepas ke atmosfer, tenaga listrik yang berbahan bakar fosil seperti batu bara atau gas alam, kemudian ditambah adanya kendaraan transportasi yang bahan bakarnya berasal dari fosil kini semakin meraja lela, kemudian mereka semua turut menyumbangkan gas CO₂ ke udara. Bisa dibayangkan beratnya bumi menanggung gas CO₂ yang semakin lama justru semakin bertambah? Semakin banyak emisi CO₂ dari kegiatan manusia dapat mengubah keseimbangan proses alami bumi sehingga menyebabkan pemanasan global dan juga perubahan iklim.
|
Masalah perubahan iklim yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat dengan mudah kita temui, diantaranya
- Udara yang tidak sehat
Semakin banyaknya gas CO₂ yang disumbangkan ke atmosfer akibat banyaknya energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil akan semakin membuat udara kita menjadi tercemar.
- Wabah penyakit menjadi meningkat
Akibat dari udara yang tidak sehat itulah kemudian akan membuat penyakit pernapasan semakin meningkat, karena pencemaran udara akan menurunkan fungsi paru-paru. Selain itu wabah penyakit berupa penyakit kulit, demam berdarah, dan malaria yang bisa disebabkan karena adanya banjir yang berkepanjangan yang membuat lingkungan menjadi kumuh dan kotor.
- Bencana alam yang datang silih berganti
Sadarkah kalian, bencana alam yang datang silih berganti juga berkaitan dengan adanya penyebab dari perubahan iklim. Akibat dari perubahan iklim, cuaca menjadi ekstrim, mudah berganti dan labil, seringnya terjadi banjir karena curah hujan yang sangat lebat dalam suatu waktu, terjadinya badai, angin kencang, yang juga sering menelan korban jiwa.
- Terjadi kekeringan
Hal ini dapat terjadi akibat perubahan iklim yang membuat global warming sehingga berdampak pada kekeringan bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara-negara yang lain.
Seringkali masalah perubahan iklim tidak terlalu ditanggapi, memang benar masalah ini sudah ada sejak dulu, dan sampai sekarang justru semakin parah. Banyak orang berpikir bahwasannya penyebab suatu bencana bukan hanya berasal dari perubahan iklim saja, namun berasal dari permasalahan yang lain, sehingga seolah-olah perubahan iklim tidak tertalu dianggap penting dan kurang fokusnya pemecahan masalah terhadap perubahan iklim. Lantas bagaimana, apakah kita mau berubah ataukah lebih memilih untuk terjebak selamanya dan menerima dengan pasrah keadaan perubahan iklim yang kian tahun semakin meningkat panasnya?
|
Tolong, Bumi semakin menua, siapa lagi yang mau menyayangi bumi kalau bukan kita? Mahasiswa sebagai Agent of Change, kita generasi penerus bangsa, kita juga yang nantinya akan meninggali bumi ini, bumi sudah banyak sekali memberikan manfaat bagi kita, saatnya kita juga timbal balik, menyayangi bumi. Dengan cara apa dan bagaimana? Langkah yang kecil dapat menjadi suatu bermanfaat yang besar apabila kita fokus dan bergerak secara bersama.
Pertama, hematlah energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Jika berlum dapat membuat bahan bakar pengganti bahan bakar fosil, kita dapat menghemat energi, seperti penggunaan listrik, memang listrik merupakan hal yang penting dalam hidup kita, namun alangkah baiknya apabila kita mampu menghemat penggunaan listrik, membatasi pemakaian kendaraan pribadi khususnya bagi warga yang tinggal di kota besar, biasakanlah dengan berjalan kaki maupun bersepeda jika ingin berpergian dalam jarak yang tidak terlalu jauh.
Kedua, penghematan air. Penghematan air ini merupakan suatu upaya untuk mencegah kekeringan, tidak mau bukan jika negara kita ini sering mengalami krisis air?
Ketiga, manfaatkan sumber energi alam. Hal ini untuk menekan pengeluaran energi. Misalnya mengerigkan baju dengan memanfaatkan sinar matahari, begitu juga dengan menerangi ruangan dengan memanfaatkan sinar matahari bukan semata-mata hanya mengandalkan lampu ruangan, membuka jendela untuk dapat merasakan angin tidak semata-mata hanya dengan menggunakan AC dan kipas angin.
Keempat, hijaukan bumi dengan menanam pohon. Ayo bersama-sama membuat Indonesia lebih hijau. Pohon-pohon ini lah yang akan memberikan manfaat untuk mereduksi gas CO₂ di udara, tanamlah sebanyak-banyaknya pohon dan ajak semua orang untuk melakukannya.
Kelima, berikan pesan visual sebanyak mungkin kepada masyarakat dimanapun berada, mulai dari tingkat terkecil misalnya di fakultas slogan bahaya perubahan iklim, universitas, dan di jalan raya, agar semakin banyak yang menyadari bahwa selama ini diam-diam Bumi sedang menahan sakit. Keadaannya semakin menua, dan kondisinya semakin lama semakin panas.
Dari cara-cara tersebut, bayangkan apabila semua kegiatan positif itu dapat mempengaruhi dan dilakukan oleh banyak orang, maka setidaknya kita mampu meredam global warming yang ada di Indonesia, dan bahkan jika cara tersebut sudah familiar kita mampu meredam global warming yang ada di dunia dan hal ini tentu akan memperbaiki keadaan yang ada. So, are you ready to save our earth from climate change?
Daftar Pustaka :
Sulistyawati. 2015. Dampak Perubahan Iklim Pada Penyakit Menular: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 08/No.01/Maret/2015.